Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Masjid Kubah Emas
Ada tradisi dan kepercayaan di kalangan kaum muslimin tentang batu yang menjadi titik tolak Nabi Muhammad melakukan Mi’raj ke langit. Batu ini berada di Yerusalem, Palestina. Batu ini benar-benar ada. Ia berada di wilayah yang sekarang disebut sebagai: Mount Temple atau Gunung Kuil oleh orang Yahudi. Disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa Kuil Nabi Sulaiman pernah dibangun di wilayah tersebut. Bahkan sebagian mempercayai kuil tersebut dibangun di atas batu yang sama. Kaum muslimin menyebut wilayah tersebut sebagai Haram al Quds al Syarif atau Kawasan Suci dan Mulia.
Sejak lama batu tersebut telah memperoleh penghormatan dari kaum muslimin. Bahkan konon ceritanya, Khalifah Umar bin Khathab juga mengunjungi batu ini setelah ia menundukkan Yerusalem. Ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia memerintahkan pembangunan Qubah ash Shakhra (Kubah Batu) di tahun 685 M yang melindungi batu tersebut dan para pengunjungnya dari terik dan dingin. Sebagian sejarawan juga menyatakan bahwa pembangunan Kubah ini untuk menyaingi kemegahan bangunan-bangunan keagamaan lain di wilayah Yerusalem, seperti Gereja Holy Sepulchre, dan mencegah agar kaum muslimin tidak terpesona dengan kemegahan agama lain. Uang sebanyak 10,000 dinar emas kemudian dilebur untuk melapisi bagian luar kubah tersebut. Jadi, Masjid Kubah Emas atau Qubah ash Shakhra inilah yang melingkupi batu tersebut hingga kini.
Sejak masa Umar itulah, wilayah Haram al Syarif ini menjadi wilayah kekuasaan kaum muslimin. Adanya bangunan berkubah emas yang berada di tempat tinggi dan berkilauan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Hal ini pun makin menambah rasa kepemilikan dan penghormatan atas wilayah suci yang pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin ini. Tidak mengherankan jika kemudian Masjid Kubah Emas ini menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan bahkan Palestina secara umum.
Mereka yang pernah mengunjungi atau melihat bagian dalam Masjid Kubah Emas ini tentu akan melihat keunikan sang batu. Keunikan inilah yang, menurut saya, kemudian memunculkan cerita dan legenda tentang batu yang ingin terbang mengikuti Nabi ke langit.
Gambar-gambar di atas adalah foto-foto dari bagian dalam Masjid Kubah Emas. Yang kiri memperlihatkan sebuah gapura yang menjadi pintu masuk sebuah ceruk atau gua yang berada di bawah batu. Bagian atas batu dapat terlihat di belakan gapura tersebut. Di bawahnya terlihat ada orang yang sedang sholat.
Gambar kanan menunjukkan suasana di dalam gua. Terlihat ada tangga yang menghubungkan bagian luar (gambar kiri) dan bagian dalam gua. Ada ruangan yang cukup lapang untuk belasan orang di sana. Dari foto terlihat bahwa atap gua cukup tinggi dan mulut gua lebar. Kita dapat bayangkan bila orang duduk di bawah sana dan melihat ke atas, ke arah mulut gua, maka batu yang menjadi atap gua tersebut seolah melayang di udara.
Inilah yang menurut saya menjadi sumber cerita batu terbang tersebut.
Perkataan Ibnul 'Arabi tentang 'Batu Terbang'
Ini adalah tambahan informasi tentang sebuah kisah yang saya ambil dari Blog Qhazanah.
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud 'Tempat Nabi bermikraj', disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): "Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT. "Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi." "Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka batu itu tergantung, saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya." "Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain."
Ditambahkan oleh sang penulis blog, bahwa ia pernah mengunjungi Kubah Batu tersebut dan mendapati bahwa sekarang tidak terlihat bahwa batu tersebut melayang. Persis seperti gambar-gambar gua di atas.
Masjid Al Aqsha dan Masjid kubah emas. |
Sebagai sebuah masjid, Khalifah Umarlah yang pertama kali membangunnya dalam bentuk bangunan kecil. Khalifah Al Malik yang juga membangun Kubah Emas kemudian memugar dan memperluasnya. Setelah beberapa kali pembanguan kembali dan pemugaran karena hancur oleh gempa, bangunan yang sekarang ada merupakan peninggalan Masjid dari masa kekhalifahan Fatimiyah sekitar awal abad ke 10.
Hari ini, wilayah Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah kekuasaan Israel. Namun, wilayah Haram Al Syarif dengan Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha-nya tetap berada dalam pengelolaan Kementrian Waqaf Yordania. Secara umum, hanya orang islam saja yang diperkenankan memasuki wilayah ini. Pada tahun 2007, sempat terjadi protes besar-besaran di dunia islam karena pemerintah Israel melakukan penggalian di bagian luar tembok yang berbatasan langsung dengan Masjidil Aqsha.
Berikut yang penulis sertakan adalah gambar ASLI dan SAHIH Batu Terapung yang disebut dalam peristiwa Isra’ Mikraj..
Berikut adalah soal-jawab dari seorang hamba Allah dengan Dato’ Dr. Haron Din mengenai Batu Terapung / Tergantung seperti yang dinyatakan dalam sejarah Isra’ Mikraj baru-baru ini.
SOALAN:
Dato’, saya telah melihat gambar dalam internet dan mendengar beberapa ceramah Israk Mikraj, ada penceramah menunjukkan gambar batu besar yang tergantung-gantung di Masjidil Aqsa, Baitulmaqdis. Adakah benar batu itu tergantung-gantung (tidak berpihak di bumi) dan terlepas daripada tarikan graviti. Pohon Dato’ perjelaskan apakah yang sebenarnya. – ZAINAL AHMAD
JAWAPAN Dato’ Dr Haron Din:
Tempat Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam Dimikrajkan
Ulama umumnya berpendapat Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bermikraj dari satu tempat di Baitulmaqdis yang disebut sebagai Qubbatul Mikraj (kubah tempat dimikrajkan). Tempat itu juga dikenali sebagai Sakhrah Baitulmaqdis.
Pengalaman Al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud ‘Tempat Nabi bermikraj’, disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): “Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT.
“Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi.”
“Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka batu itu tergantung, saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya.”
“Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain.”
Inilah penulisan yang saya rujuk daripada penulisan seorang ulama besar yang dikenali dengan nama Ibnul ‘Arabi. Daripada sinilah timbul cerita demi cerita yang menyatakan batu tempat Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam tergantung-gantung. Itu adalah cerita dahulu. Ada sandarannya, ada catatannya dalam kitab-kitab yang berautoriti, termasuk daripada kitab yang saya sebutkan tadi.
Batu Terapung Pada Hari Ini Dari Pengalaman Dato’ Dr Haron Din
Ada pun mutakhir ini, saya sendiri berpengalaman, telah masuk dan melihat batu tersebut, yang sekarang tempat itu dikenali sebagai Qubbatul Sakhrah (kubah yang di bawahnya ada batu). Sekarang ini sudah berada di belakang daripada Masjid al Aqsa.
Jika dilihat Masjid al-Aqsa, imam akan dilihat berada nun jauh daripada arah kiblat dan berakhir kawasan masjid dengan Qubbatul Sakhrah ini.
Meneliti Batu Terapung
Saya telah memasuki tempat ini, berpeluang melihat batu itu dan masuk ke bawahnya. Memang batu itu benar-benar wujud dan terletak di tengah-tengah bangunan. Gambaran sekarang ini, batu itu jika dilihat daripada bawah, seolah-olah seperti sebuah payung besar, seperti gua yang kita berada di bawahnya. Saya menganggarkan keluasan tempat itu, sebesar ruang solat untuk 20 atau 25 orang, jika untuk masuk bersesak-sesak boleh sampai 150 orang.
Keadaan Berubah
Merenung batu itu dengan cermat, saya dapati ia sekarang terletak di atas fondisi konkrit batu yang kukuh. Di segenap arahnya berpijak ke atas fondisi itu dan tidak nampak pun ia tergantung seperti yang dijelaskan di atas. Semasa lawatan itu, saya kebetulan bertemu dengan Imam Besar Masjid al-Aqsa yang berada di situ, di samping pemandu pelancong kami. Mereka menyatakan memang dahulu batu besar yang macam payung itu tergantung-gantung.
Kegerunan Hati Manusia
Oleh kerana banyak pembesar-pembesar negara dan
banyak pelawat-pelawat luar datang, mereka terperanjat dan amat gerun dengan keadaan batu itu, banyak yang tidak berani masuk di bawah batu itu, kerana takut tiba-tiba batu itu menghempap. Memandangan hal keselamatan penting dan mengelak daripada berlakunya berbagai tanggapan orang ramai ke atas keadaan yang unik itu, maka pihak berkuasa mengambil tindakan membina fondisi yang menyambung batu itu dari bumi.
Mengapa Berubah..?
Ketakutan pembesar-pembesar zaman ini samalah seperti yang dirasai oleh al-Imam Aku Bakar Ibnul ‘Arabi seperti dalam bukunya.
Maka atas itulah batu tersebut sudah tidak lagi kelihatan tergantung-gantung, tetapi ia menjadi seperti sebuah bangunan yang di bawahnya boleh dimasuki, ia kelihatan seperti sebuah batu biasa yang dapat dilihat. Wallahua’lam.
sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Dome_of_the_Rock
saya sudah berusaha untuk mencari kebenarnya nya dari berbagai sumber
kalo pun masih banyak salah saya minta maaf tapi saya sudah berusaha
mencarinya dan kalo Anda masih banyak bertanya diblog saya sudah cantumkan juga link sumber yang saya dapat
0 komentar:
Posting Komentar