Minggu, 11 Desember 2011

Berawal dari Lapangan Sepakbola, Pemuda Prancis Mantap Jadi Seorang Muslim

Matthieu Cioccocini. pemuda berusia 22 tahun asal Prancis ini pertama kali belajar agama adalah agama Islam. Sejak kecil, kedua orang tuanya tidak pernah menanamkan pendidikan agama, karena ayahnya seorang ateis dan ibunya yang beragama Katolik juga jarang ke gereja.

Beruntung, Cioccocini yang lahir di kawasan timur laut Prancis--sebuah wilayah yang berdekatan dengan Belgia--sejak usia 13 tahun pindah ke South Western Coast yang banyak komunitas imigran muslimnya. Diantara teman-temannya di kalangan imigran muslim, hanya Cioccocini yang asli orang Prancis.

"Pertama kali menerima pelajaran agama, adalah tentang agama Islam. Terima kasih buat teman-teman dan keluargaku, serta semua kawan-kawan muslim dari Maroko, Turki, Aljazair dan Tunisia," ungkap Cioccocini.

Bersama mereka, Cioccocini sering berolahraga bersama. Suatu hari ketika sedang bermain sepakbola, anggota dari kelompok dakwah Fi Sabilillah datang ke lapangan, dan memberikan ceramah agama Islam. Cioccocini dan teman-temannya menghentikan permainan, dan mendengarkan ceramah itu. Itulah awal Cioccocini mengenal Islam.

Mulanya, Cioccocini menghindar ketika kelompok itu datang dan memberikan ceramah agama Islam. Salah seorang anggota Fi Sabilillah lalu memanggil Cioccocini untuk ikut mendengarkan, kemudian mengundangnya datang ke masjid untuk melihat dan mengetahui sendiri apa dan bagaimana agama Islam.

"Saya datang ke masjid dan mulai tertarik. Saya memutuskan untuk datang lagi ke masjid untuk ikut salat, bertanya pada banyak orang tentang Islam dan saya makin jauh terlibat dalam agama ini," ujar Cioccocini, yang sekarang sedang mengambil gelar master di bidang administrasi bisnis di Universitas Victoria, Selandia Baru.

"Bisa dikatakan, saya sangat tertarik dengan agama Islam, karena sebelumnya saya tidak tahu apa-apa tentang agama. Saya terkagum-kagum, misalnya melihat orang berpuasa, tidak makan apapun di siang hari selama satu bulan. Saya bertanya-tanya, bagaimana bisa orang-orang itu melakukannya," imbuhnya.

"Bahkan hanya selama Ramadan, bahkan dalam beragam manifestasi dalam agama Islam setelah Ramadan, seperti Hari Raya Idul Fitri dan sejenisnya, buat saya sangat menakjubkan. Saya lalu memutuskan untuk mendalami agama Islam," sambung Cioccocini yang bercita-cita ingin terjun ke bidang bisnis internasional.

Usia Cioccocini mungkin masih sangat muda ketika akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Namun kedua orang tua Cioccocini tidak keberatan puteranya masuk Islam. Teman-teman muslim Cioccocini agak terkejut melihat sikap orang tuanya itu, "Oleh sebab itu mereka menganggap saya sebagai anak sendiri, dan ingin banyak membantu saya. Mereka tidak mau saya kecewa. Mereka menganggap saya sebagai bagian dari keluarga besar. Ini sangat mengesankan," ungkap Cioccocini.

Cioccocini memang beruntung karena tidak harus menghadapi penolakan dari kedua orang tuanya, seperti yang sering dialami para mualaf. Kedua orang tua Cioccocini memberikan kebebasan baginya untuk memilih. Di sisi lain, orang tua Cioccocini ingin putra mereka berada di lingkungan yang aman dan bagi ayah-ibu Cioccocini masjid adalah tempat yang aman, tidak seperti jalanan dimana anak-anak bisa saling memaki, mencuri dan tawuran.

"Mereka lebih senang saya berdiam diri di masjid daripada sering keluyuran di jalanan," kata Cioccocini tentang sikap ayah dan ibunya.

Cioccocini berpendapat bahwa Islam adalah hal terbaik untuknya. Islam mengajarkannya untuk saling menghormati pada setiap orang, membentuk pola pikirnya dan mengajarkan bagaimana ia harus berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Islam juga mendorong umatnya untuk selalu belajar dan menuntut ilmu.

"Sayang sekali, beberapa teman saya tidak tertarik atau tidak mau melibatkan diri dengan Islam. Mereka akhirnya menjadi pecandu narkoba atau pecandu minuman keras ... menjalin hubungan pria dan wanita sebelum menikah ... Beruntung saya menemukan Islam dan Islam banyak menolong saya dalam menjalani kehidupa sehari-hari," tukas Cioccocini.

Ia juga berpendapat, Islam "obat penyembuh" bagi mereka yang membutuhkan. Cioccocini mencontohkan, para tahanan di dalam penjara yang berusaha untuk belajar Islam, mereka akhirnya menjadi orang-orang yang sangat baik. Mereka yang kecanduan narkoba atau minuman beralkohol, ketika mengenal Islam mereka bertobat dan menjadi bersih kembali.

"Islam adalah obat penyembuh yang paling manjur, dan Allah Swt. adalah dokter yang paling hebat yang bisa kita temui untuk merawat kita. Jika kita sungguh-sungguh menemukan-Nya, Dia akan banyak membantu kita," kata Cioccocini.

Sejak memutuskan menjadi bersyahadat, Cioccocini mengaku tidak pernah menghadapi persoalan terkait jadi dirinya sebagai orang Prancis sekaligus sebagai seorang muslim. Namun ia tak mengelak, bahwa sekarang ini di Eropa, orang mulai ketakutan melihat perkembangan Islam yang begitu pesat. Mereka melihat Islam sebagai agama yang terlalu cepat masuk ke Eropa dan khawatir melihat banyak orang Eropa yang masuk Islam.

Masyarakat Prancis, kata Cioccocini, pada umumnya percaya saja dengan apa yang diberitakan media massa tentang Islam, bahwa Muslim itu teroris dan senang berpoligami, bahwa perempuan itu direndahkan dan citra negatif lainnya yang ciptakan media tentang Islamd dan Muslim.

"Mereka percaya saja dan tidak berusaha mencari kebenarannya. Mereka tidak berusaha membuka buku dan percaya saja dengan apa yang mereka dengar ..."

"Tapi untungnya, orang-orang di sekeliling saya mulai memahami bahwa Islam tidak seburuk yang mereka sangka, karena mereka melihat perilaku dan sikap saya pada mereka, dan melihat bahwa saya bisa menjadi seorang mahasiswa yang baik, dan Islam tidak sejahat seperti yang mereka yakini selama ini," papar Cioccocini.

"Begitu pula dengan kedua orang tua saya. Saya sempatkan berdiskusi dengan mereka, dan mereka mengatakan bahwa akhirnya mereka tahu kalau Islam adalah hal terbaik untuk saya, bahwa saya sangat beruntung telah menemukan Islam, padahal kedua orang tua saya bukan seorang muslim," sambungnya.

Cioccocini menyatakan sangat bahagia menemukan Islam dan berharap ia bisa istiqomah sebagai seorang muslim. Islam akan menjadi bagian pendidikan untuk anak-anak, istri dan seluruh aspek kehidupannya kelak.

"Saya cuma ingin berpesan pada semua orang, berusahalah dari diri sendiri untuk mengenal Islam. Bukalah buku. Membaca dan belajar bukan hal yang sulit. Anda bisa buka internet atau Youtube dan sejenisnya untuk menemukan Islam. Insya Allah, Allah Swt akan menolong kalian," tandas Cioccocini. (kw/oi)

0 komentar:

Posting Komentar

    Blogger news

    Blogroll

    About